{ "@context": "https://schema.org", "@type": "BreadcrumbList", "itemListElement": [ { "@type": "ListItem", "position": 1, "name": "Home", "item": "https://anihrasul.blogspot.com/" }, { "@type": "ListItem", "position": 2, "name": "News", "item": "https://anihrasul.blogspot.com/search/label/news?m=0" }, { "@type": "ListItem", "position": 3, "name": "Subcategory", "item": "https://anihrasul.blogspot.com/search/label/news?m=1" } ] }

DIWIDA , JAKARTA - Militer Myanmar melaporkan bahwa jumlah kematian akibat gempa hebat minggu lalu telah naik di atas 2.800 jiwa. Di sisi lain, mereka juga menyatakan bahwa jumlah cedera sudah melebihi 4.600 orang.

Jumlah korban dampak dari gempa berkekuatan 7,7 skala Richter yang mengejutkan daerah sentral Myanmar diprediksi bakal semakin meningkat. Pejabat pemerintah menyatakan bahwa ribuan individu diduga tertimbun di bawah bangunan runtuh di Mandalay, kota besar kedua negeri tersebut dan lokasinya dekat dengan titik episentrum gempa. Proses evakuasi menjadi lambat dikarenakan kurangnya peralatan berat untuk membantu operasi penyelamatan.

Dikutip dari Antara , Kamis (3/4/2025), setelah guncangan gempa berkekuatan besar tersebut, tiga kelompok bersenjata yang diisi oleh etnis minoritas menyatakan gencatan senjata unilaterally untuk periode satu bulan menentang rejim militer guna memfasilitasi penyampaian bantuan gempa dengan lancar.

Koalisi yang mencakup Tentara Arakan, Angkatan Bersenjata Demokrasi Nasional Myanmar, serta Pasukan Pembebasan Suku Tai, mengumulkan pada hari Selasa bahwa mereka berkomitmen untuk tidak melakukan serangan aktif dan hanya akan menjaga pertahanan sendiri demi menjamin keberlangsungan tugas bantuan kemanusiaan.

Gencatan senjata sepihak juga telah diumumkan pada Sabtu oleh pemerintahan paralel yang dibentuk oleh anggota pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi yang digulingkan dalam kudeta Februari 2021.

Sementara itu, pihak militer belum mengatakan akan menghentikan serangannya. Menurut laporan media setempat, mereka terus melakukan serangan udara di wilayah kekuasaan pasukan oposisi yang terdiri dari beberapa kelompok pemberontak etnis minoritas dan pemerintahan Pemerintah Persatuan Nasional.

Pada Rabu, Junta mengatakan lebih dari 1.500 anggota tim penyelamat asing sedang melakukan operasi evakuasi setelah gempa kuat di Myanmar.

Pada hari yang sama, tim medis asal Jepang tiba di Yangon untuk mengirim pasokan bantuan darurat, termasuk perlengkapan sanitasi, air, dan alat pemurni air.

 
Top