, SANAA -- Kelompok Houthi terus melakukan serangan balasan terhadap Amerika Serikat. Mereka mengatakan menyerang kapal induk USS Harry Truman untuk kedua kalinya dalam 24 jam terakhir, meluncurkan “sejumlah drone dan rudal balistik dan jelajah” ke kapal perang tersebut.
Serangan itu “berlangsung selama beberapa jam” dan “berhasil menggagalkan serangan musuh yang sedang bersiap dilancarkan terhadap negara kami”, kata kelompok itu. Belum ada komentar langsung dari AS.
Aljazirah melaporkan, Juru bicara militer Houthi Yahya Saree mengatakan sebelumnya pada Ahad bahwa kelompok itu menargetkan kapal induk AS USS Harry S Truman dan kapal perangnya dengan 18 rudal balistik dan jelajah serta sebuah drone, TV pemerintah Al Masirah melaporkan. AS belum menanggapi klaim Houthi.
AS menolak klaim tersebut, dan seorang pejabat mengatakan kepada Reuters bahwa pasukan AS menembak jatuh 11 drone Houthi, tidak ada satupun yang mendekati kapal induk, dan juga melacak sebuah rudal yang jatuh di lepas pantai Yaman.
Saree menambahkan, AS telah melancarkan lebih dari 47 serangan di berbagai wilayah di Yaman. Dalam komentar terpisah, Abdul Malik al Houthi, pemimpin gerakan Houthi, mengatakan dalam pernyataan yang disiarkan televisi bahwa AS dan Israel “berusaha untuk memaksakan persamaan tindakan di wilayah tersebut dan rakyatnya”.
“Kami akan membalas musuh Amerika dengan serangan rudal dan menargetkan kapal perang serta kapal angkatan lautnya,” kata al-Houthi. Ia menyatakan bahwa mereka telah memutuskan untuk “mengancam pengiriman Israel untuk menekan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza”.
Serangan udara Amerika Serikat di Yaman menewaskan sedikitnya 53 orang sejak Sabtu. Meningkatnya jumlah korban jiwa menjadi 53 akibat serangan AS di Yaman dikonfirmasi oleh juru bicara Kementerian Kesehatan yang dikelola Houthi pada Ahad. Lima anak-anak dan dua perempuan termasuk di antara korban, sementara jumlah korban luka meningkat menjadi 98 orang, kata Anees Alsbahi, juru bicara tersebut.
Nasruddin Amer, wakil kepala kantor media Houthi, mengatakan serangan udara mematikan AS tidak akan menghalangi kelompok bersenjata tersebut dan mereka akan membalas terhadap Amerika Serikat. “Sanaa akan tetap menjadi perisai dan dukungan bagi Gaza dan tidak akan meninggalkannya apa pun tantangannya,” kata Amer di media sosial.
Biro politik Houthi mengatakan bahwa serangan mematikan tersebut merupakan “kejahatan perang”. Al-Asbahi mengatakan serangan hari Sabtu menargetkan ibu kota, Sanaa, dan daerah di Saada, Al Bayda dan Radaa.
Kantor berita resmi Saba melaporkan bahwa serangan AS juga menghantam “pos komando kapal Israel Galaxy Leader yang ditahan”. Saba, mengutip seorang pejabat militer, mengatakan AS menargetkan kapal tersebut dengan dua serangan udara.
Pejuang Houthi membajak Galaxy Leader pada November 2023, menahan 25 anggota awaknya, yang berasal dari Filipina, Meksiko, Rumania, Bulgaria, dan Ukraina, selama 430 hari. Mereka dibebaskan pada bulan Januari setelah gencatan senjata di Gaza mulai berlaku.
Sementara itu, kapal tersebut masih berada di pelabuhan Hodeidah. Perusahaan ini dimiliki oleh sebuah perusahaan Inggris yang sebagian dimiliki oleh taipan Israel Abraham Ungar, menurut The Times of Israel.
Militer AS pada Senin membagikan video di X yang menunjukkan sebuah pesawat perang lepas landas dan mengatakan Komando Pusat “pasukan melanjutkan operasi melawan teroris Houthi yang didukung Iran…” Unggahan tersebut muncul segera setelah media yang berafiliasi dengan Houthi mengatakan AS telah melancarkan dua serangan baru terhadap Hodeidah di Yaman. Menurut seorang pejabat AS yang berbicara kepada kantor berita Reuters Pada hari Sabtu, operasi serangan militer Amerika Serikat di area Yaman yang dikendalikan Houthi bisa berlanjut selama beberapa hari atau bahkan mencapai mingguan.
Setelah memberi perintah untuk menyerang pertama kali, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa ia berencana menggunakan "tenaga dahsyat yang amat besar" hingga kelompok Houthi mengakhiri ofensif mereka terhadap kapal-kapal nelayan di jalur laut vital di Selat Merah.

Kelompok Houthi memulai serangan mereka terhadap kapal-kontainer sebagai respons atas konflik Israel di Gaza pada tahun 2023, serta untuk mendukung rakyat Palestina. Pada hari Minggu lalu, mereka menyampaikan dalam pernyataan tersendiri bahwa "aksi armada kami bakal tetap dilanjutkan hingga blokade yang ada di Gaza diterbuka dan pasokan bantuan bisa masuk". Sebelumnya, kelompok ini telah mengakhiri operasinya saat gencatan senjata di Gaza dimulai pada awal tahun ini dan tidak melakukan upaya agresif apa pun selama dua bulan belakangan.
Di awal bulan Maret, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa penyampaian bantuan ke Gaza telah ditunda. Tujuannya adalah untuk memaksa Hamas setuju dengan perpanjangan fase satu dari kesepakatan gencatan senjata sebelum masuk ke fase kedua, yang mencakup pembahasan penyelesaian konflik tersebut.
Pekan lalu, pada hari Selasa, kelompok Houthi menyatakan niat mereka untuk terus melakukan serangan usai melewati tenggat waktu yang ditetapkan untuk Israel agar memperbolehkan pemulihan penyampaian bantuan ke Gaza.