
(Info, warga Banyuwangi) : Toko Santi Jaya Banyuwangi. Juak Perabot dan Alat Rumah Tangga, Terlengkap Harga Bersahabat, Untuk Keperluan Anda - Hasi Pemantauan Hilal Kementrian Agama (Kemenag) RI menetapkan bahwa hilal belum terlihat di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu, Ramadan digenapkan menjadi 30 hari.
Pemantauan hilal dilakukan di 33 Lokasi oleh Tim Rukyat Kementerian Agama di seluruh Indonesia.
Sementara itu, provinsi Bali tidak melakukan rukyat karena menghormati Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1947.
Lantas, bagaimana penjelasan hasil pemantauan hilal tersebut?
30 Maret 2025 masih puasa
Dilansir dari RRI (29/3/2025), anggota Tim Rukyatul Hilal Kementerian Agama (Kemenag), Cecep Nurwendaya menjelaskan laporan hasil pemantauan hilal 1 Syawal 1446 Hijriah.
"Pada Sabtu 29 Maret saat matahari tenggelam menyatakan hilal belum nampak, belum ijtimak pukul 17.57.38 WIB. Besok Minggu 30 Maret (sore), ketinggian hilal sudah tinggi 9,38 derajat, bahkan bentuk terlihat," kata Cecep di Auditorium H.M. Rasjidi Kemenag Jakarta, pada Sabtu (29/3/2025).
Cecep memaparkan bahwa hasil pemantauan hilal di beberapa negara juga belum nampak dan masih di bawah ufuk.
Berdasar Kriteria MABIMS (3-6,4) pada tanggal 29 Ramadan 1446 H/29 Maret 2025 M posisi hilal di wilayah NKRI tidak ada yang memenuhi kriteria tinggi hilal minimum 3° dan elongasi minimum 6,4".
"Sehingga tanggal 1 Syawal 1446 H secara hisab jatuh bertepatan dengan hari Senin Pahing, tanggal 31 Maret 2025 M," kata Cecep.
Seminar hasil pemantauan hilal dan sidang isbat dilakukan bersama sejumlah instansi terkait, seperti BRIN, BMKG, dan lainnya.
Selain itu, organisasi kemasyarakatan Islam, seperti Muhamadiyah, Nahdatul Ulama (NU), dan Persis juga diundang.
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Asep Saepudin Jahar, menegaskan bahwa pada tanggal 30 Maret masih dilakukan ibadah puasa.
"Ramadan kita bersama, kita (masih diberikan satu hari lagi) waktu untuk beribadah," ujar Asep.
Pemantauan hilal sebelumnya di Sorong dan Ambon
Sebelumnya, hilal Hilal 1 Ramadan 1446 Hijriah juga tidak terlihat di Kota Sorong, Papua Barat Daya dan Kota Ambon, Maluku, pada Jumat (28/2/2025).
Dilansir dari Tribunnews (28/3/2025), hasil pemantauan hilal di kedua tempat tersebut tidak terlihat karena terkendala cuaca.
Proses rukyatul hilal di Sorong berlangsung di Hotel Waigo Splash lantai 4 sejak pukul 16.30 WIT hingga menjelang Maghrib.
Pemantauan hilal melibatkan Kementerian Agama (Kemenag) Kota Sorong, BMKG Kelas I Sorong, Pengadilan Agama, Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Pemerintah Daerah Kota Sorong, dan organisasi Islam lainnya.
Hasilnya, awal tebal menghalangi visibilitas hilal sehingga hilal tidak dapat terlihat secara langsung.
Kepala Kemenag Kota Sorong, Muhudar Wailegi menyatakan akan menunggu keputusan resmi dari pemerintah pusat.
Sementara itu, pemantauan hilal di Kota Ambon berlangsung di Hotel Tirta Kencana, Desa Amahusu, Kecamatan Nusaniwe.
Tim pemantau hilal terdiri dari Kanwil Kemenag Maluku, BMKG Ambon, Pengadilan Agama Ambon, Pengadilan Tinggi Agama Ambon, Kemenag Kota Ambon, Nahdlatul Ulama, LDII Maluku, MUI Maluku, Muhammadiyah Maluku, Badan Wakaf Indonesia Perwakilan Maluku, dan Baznaz Maluku.
Berdasar hasil pemantauan, ketinggian hilal berada pada titik 3.477 derajat dengan elongasi 3.69 derajat pada pukul 18.45 WIT.
Akan tetapi, awan gelap di horison sebelah barat menutupi kemampuan untuk melihat bulan sabit tersebut.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Maluku, H Yamin, juga meminta kepada masyarakat Maluku untuk bersabar dan menantikan hasil dari sidang isbat yang akan diselenggarakan oleh Kemenag di Jakarta.