
Tidak hanya untuk tim nasional Indonesia, situasi di mana terdapat banyak pemain dengan latar belakang multinasionals yang direkrut oleh timnas Italia juga menarik kritikan dari pecinta sepak bola di negeri tersebut.

Mendekati babak kualifikasi Piala Dunia 2026 untuk zona Asia, tim nasional Indonesia terus mendapatkan tambahan dari para pemain berketurunan yang sudah mengambil sumpah menjadi warga negara Indonesia.
Dari 29 nama yang dipilih Patrick Kluivert untuk tim sementara dalam pertandingan melawan Australia dan Bahrain, hampir tiga quarternya merupakan pemain naturalisasi.
Walau tak secemerlang di dalam skuad Tim Merah-Putih, kedatangan para pemain berketurunan asing pada tim nasional Italia kini juga menarik perdebatan.
Sejatinya kemunculan para oriundi Sudah menjadi hal biasa terjadi pada tubuh Gli Azzurri sejak ratusan tahun lalu.
Namun, beberapa pengamat setempat khawatir situasi tersebut dapat semakin berbahaya bagi sepak bola di Italia itu sendiri.
Dalam daftar tim terkini yang dipersiapkan oleh Luciano Spalletti untuk bertemu dengan Jerman dalam pertandingan UEFA Nations League minggu ini, ada tiga atlet berketurunan asing.
Mereka adalah Moise Kean, Mateo Retegui, dan Destiny Udogie.
Kean dan Udogie adalah pemain yang lahir di Italia sementara kedua orang tuanya merupakan imigran dari benua Afrika.
Retegui dilahirkan di Argentina dan memperoleh kewarganegaraan untuk timnas Italia melalui warisan keluarganya.
Jika kita kembali satu tahun ke masa lalu, terdapat juga nama-nama seperti Jorginho (asli dari Brazil), Michael Folorunsho (Nigeria), serta Caleb Okoli (Nigeria) yang turut dipilih.
Untuk Kean dan Retegui, kedua pemain tersebut menjadi pusat perhatian akhir-akhir ini karena mereka dipercaya untuk membuka jalan di barisan penyerang timnas Italia.
Baru-baru ini, Retegi harus mengirimkan kembali Spalletti ke Atalanta dikarenakan cidera.
Ini merupakan suatu kerugian melihat bahwa para penyerang yang direkrut selama masa kepelatihan Roberto Mancionis tiga tahun silam adalah pencetak gol terbaik untuk tim nasional Italia saat ini.
Retegui saat ini mengemban posisi sebagai pemuncak daftar pencetak gol sementara di Serie A dengan 22 gol, diikuti secara berdekatan oleh Kean yang memiliki 15 gol.
Kenyataan bahwa kedua striker terbaik Italia berasal dari latar belakang imigrasi memicu keprihatinan di kalangan sebagian pengamat olahraga.
"Retegui dan Kean? Bila suatu negara mengnaturalisasikan pemain, hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat masalah," kata bomber utama Italia pada tahun 1980an, Alessandro Altobelli.
Mantan penyerang Inter Milan menyatakan bahwa Italia mulai kurang memiliki talenta pemain berkualitas di posisi penyerang.
Berbeda dengan periode sepuluh atau dua puluhan tahun yang lalu, jumlah pemain serangan domestik yang memboroskan gol di Tanah Pizza saat ini semakin menipis.
"Kita sudah tidak punya lagi pemain dengan jersey bernomor sepuluh atau sembilan yang mampu mengamankan kemenangan secara individual," tambahnya.
"Sampai tahun lalu, Ciro Immobile masih memperkuat timnas Italia, namun saat ini ia telah bergabung dengan klub dari Turki," ungkap sang pria yang berusia 69 tahun tersebut.
Striker legendaris Torino mengeluarkan kritikan yang lebih tajam secara langsung.
"PSSI tidak lagi menjadi milik kita," ujar Pulici, demikian dilansir dari Tuttomercatoweb.
Italia membolehkan seluruh pemain asing tersebut bermain.
"Retegui dan Kean? Saya tidak paham alasan kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka hanya karena nenek moyangnya berasal dari Italia," ungkap sang pemain gol andalan era Torino tahun 1967 hingga 1982 itu.
Terkait peluang untuk memperkuat tim nasional, Kean menganggapnya sebagai suatu kebanggaan.
Dirinya tak menyangkal asal-usul campur-campur yang bukan sepenuhnya Italia, namun keputusannya bulat untuk melindungi negara tempat dia lahir.
"Menurut saya, itu bukanlah suatu permasalahan," kata penyerang Fiorentina yang berasal dari Vercelli, sebuah kotapraja di daerah Piemonte, utara Italia.
Yang terpenting adalah setiap orang yang memakai seragam Azzurri harus rela berkeringat, bahkan sangat banyak berkeringat.
"Tim nasional adalah tujuan penting. Saya telah belajar bahwa talenta harus diasah setiap hari, setiap saat," kata pemuda 25 tahun jebolan akademi Juventus itu.