{ "@context": "https://schema.org", "@type": "BreadcrumbList", "itemListElement": [ { "@type": "ListItem", "position": 1, "name": "Home", "item": "https://anihrasul.blogspot.com/" }, { "@type": "ListItem", "position": 2, "name": "News", "item": "https://anihrasul.blogspot.com/search/label/news?m=0" }, { "@type": "ListItem", "position": 3, "name": "Subcategory", "item": "https://anihrasul.blogspot.com/search/label/news?m=1" } ] }

- Obat-obatan biasa yang sering digunakan setiap hari untuk menangani bermacam-macamat penyakit bisa jadi memiliki efek samping pada organ ginjal.

Dikutip dari laman RSUD Sardjito , ginjal bertugas memfilter sisa-sisa metabolisme dari darah serta kelebihan cairan dalam tubuh. Produksi filterasi tersebut kemudian dikeluarkan sebagai urin.

Fungsi ginjal tersebut bisa terpengaruh karena adanya keracutan obat atau penggunaan obat secara berlebihan tanpa petunjuk dari dokter.

Di sisi lain, ada beberapa perawatan yang melibatkan obat-obatan sehari-hari yang sering digunakan oleh manusia dan dapat berbahaya bagi fungsi ginjal apabila tidak dikerjakan dengan benar.

Selanjutnya, apakah ada jenis obat biasa yang dapat berbahaya bagi ginjal?

Obat-obatan yang mungkin berbahaya bagi fungsi ginjal

Obat-obatan seperti antibiotik, pengontrol tekanan darah, serta vitamin atau suplemen yang sering diminum setiap hari dapat membahayakan fungsi ginjal.

Orang berusia 60 tahun ke atas atau penderita penyakit kronis seperti diabetes, tekanan darah tinggi, serta peradangan ginjal berisiko tinggi mengalami gangguan ginjal akibat obat yang dikonsumsi.

Bahkan penelitian telah menunjukkan bahwa 20 persen kasus penyakit ginjal dikarenakan oleh obat-obatan terpreskripsi serta obat-over-the-counter.

Berikut beberapa jenis obat yang umum dijumpai setiap hari tetapi dapat membahayakan kesehatan ginjal:

1. Obat antiinflamasi (NSAID)

Dilansir dari Healthline (6/4/2023) Obat anti-inflamasi yang dipakai untuk meredakan rasa sakit dan pembengkakan bisa memicu gangguan pada organ ginjal bila dikonsumsi secara berkepanjangan.

Obat anti-inflamasi ini mencakup aspirin, ibuprofen, serta naproxen. Harap hindari penggunaan rutin obat-obatan tersebut setiap harinya tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan profesional kesehatan.

2. Antibiotik

Obat seperti penisilin dan sefalosporin digunakan untuk mengatasi infeksi yang dipicu oleh bakteria. Penggunaan obat-obatan tersebut perlu dilakukan sesuai dengan anjuran dari dokter.

Namun, sebagian besar pasien tidak menyelesaikan kursus antibiotik yang diresepkan oleh dokter. Hal ini dapat menjadikan perawatannya kurang berhasil dalam melawan infeksi dan berpotensi memicu kondisi gangguan ginjal mendesak.

3. Penghambat Pompa Proton (PPI)

PPI adalah obat antasida yang membantu meminimalkan gangguan pada perut. Obat tersebut dipergunakan untuk menangani kondisi saluran pencernaan, misalnya ulkus peptikum, Gastroesophageal Reflux Disease (GERD), serta infeksi bakteria. Helicobacter pylori . Sebagai contohnya termasuk omeprazole serta lansoprazole.

Mengonsumsi obat-obatan untuk masalah perut dalam waktu lama dan dengan dosis besar tanpa henti bisa memperbesar kemungkinan mengembangkan gangguan pada organ ginjal.

4. Obat tekanan darah

Obat untuk menekan tekanan darah seperti penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI) dan bloker penerima angiotensin II (ARB), dapat membantu menjaga tingkat tekanan darah stabil sambil juga memperkecil kemungkinan terjadinya stroke dan gangguan jantung serta pembuluh darah yang lain.

Beberapa contoh obat ACEI yang banyak tersedia di pasaran mencakup benazepril/lotensin, enalapril, serta lisinopril. Sedangkan untuk golongan obat ARB terdapat azilsartan, candesartan, dan irbesartan.

Pasien tekanan darah tinggi yang sedang menjalani terapi dengan menggunakan obat-obatan itu dilarang untuk menghentikan konsumsi tanpa petunjuk dari dokter. Meskipun begitu, obat-obatan ini mungkin memiliki dampak negatif pada organ ginjal.

5. Suplemen herbal

Beberapa tipe suplemen bisa berdampak pada kinerja ginjal. Ancaman utamanya muncul saat mengonsumsi suplemen herbal seiring dengan obat-obatan yang diresepkan dokter atau obat bebas yang tersedia di pasaran.

Sebagai contoh, obat dari Cina yang memiliki kandungan asam aristolochic sering kali dihubung-hubungkan dengan penyakit ginjal kronis. Meskipun demikian, suplemen alami tersebut digunakan untuk meredakan tanda-tanda peradangan persendian, rasa sakit saat menstruasi, serta membantu menurunkan bobot tubuh.

Agar menghindari resiko itu, sebaiknya berdiskusilah dengan profesional medis. Selain itu, perhatikan juga pola makan serta gaya hidup agar tidak memperburuk fungsi ginjal Anda.

6. Obat psikiatris

Obat yang dianjurkan oleh dokter untuk menangani kondisi kejiwaan pun dapat memicu gangguan pada organ ginjal. Contohnya adalah obat seperti prozac ataufluoxetine yang biasanya digunakan sebagai pengusir depresi.

Obat untuk menenangkan perasaan seperti litium dan amitriptilin dapat memberikan dampak negatif pada fungsi ginjal.

Karena obat tersebut dapat merusak otot, sehingga mioglobin dilepaskan ke dalam peredaran darah. Hal ini membuat ginjal harus men-filter mioglobin dan berpotensi mengalami kerusakan sebagai akibatnya.

7. Obat diuretik

Dilansir dari WebMD (10/11/2024) Obat diuretik digunakan untuk menanganinya hipertensi serta berbagai tipe pembesaran jaringan. Ramuan ini membantu dalam pengeluaran cairan ekstra dari tubuh.

Tetapi, obat-obatan tersebut memiliki potensi untuk menyebabkan kekurangan cairan dalam tubuh. Hal itu pada akhirnya dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan ginjal.

Berikut beberapa contoh obat diuretik antara lain torsemide, furosemide, bumetanide, serta ethacrynic acid.

8. Obat pencahar

Obat-obatan pengurai tinja yang tersedia tanpa resep atau dengan anjuran dari dokter bisa menyebabkan pembentukan batu pada ginjal. Kondisi ini berpotensi menghancurkan organ penting tersebut atau bahkan memicu gangguan fungsi ginjal.

Keadaan ini khususnya berlaku untuk obat-obatan yang memiliki kandungan natrium fosfat oral atau OSP.

Agar terhindari dari kemungkinan komplikasi pada organ ginjal karena konsumsi obat-obatan, patuhilah petunjuk pemakaian serta hindari menggunakan obat itu secara berkepanjangan.

Pengguna obat yang diberikan resep harus menyelesaikan semua pengobatan sesuai dengan anjuran petugas medis walaupun mereka merasakan perbaikan dalam keadaannya.

Lansia dengan masalah kesehatan tertentu harus berdiskusi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan obat resep ataupun obat non-resep.

Pastikan juga agar selalu terhidrasi dengan baik, memilih makanan yang rendah sodium, meningkatkan konsumsi buah-buahan dan sayuran, serta rutin melakukan olahraga harian guna menurunkan resiko cidera pada organ ginjal.

 
Top