
, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) menangguhkan sementara transaksi pada hari Selasa (18/3/2025) pukul 11:19:31 WIB.
Penahanan itu terjadi usai IHSG merosot drastis sebesar 5,02% sampai pada titik 6.146.
Sentimen Internasional dan Dalam Negeri Menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Maximilianus Nicodemus, Associate Direktur di Pilarmas Investindo Sekuritas, menyatakan bahwa penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) disebabkan oleh beberapa faktor negatif, yang berasal dari dalam dan luar negeri.
Sejumlah hal yang patut dicermati meliputi peningkatan tensi geopolitis, seperti pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin tentang konflik berselanjutnya, dan juga pembatasan bea masuk tambahan dari Uni Eropa terhadap Amerika Serikat, sebut Nico saat memberikan klarifikasi pada wartawan, hari Senin itu.
Di samping itu, ketakutan akan kemungkinan resesi di Amerika Serikat pun makin bertambah, yang dengan demikian berdampak pada keyakinan para pemodal dalam pasar global.
Keajaiban Ramadhan, Menjaga Kesabaran Selama Berpuasa di Bab 18: Dari Tahmid hingga Syukur
Dampak Kondisi Fiskal Indonesia
Secara lokal, Nico mengkritisi performa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang menunjukkan bahwa pendapatan pajak turun sebesar 30% pada dua bulan awal tahun ini, sedangkan defisitnya menyentuh angka Rp31,2 triliun.
"Kondisi saat ini menciptakan ketakutan bagi para pemodal tentang kenaikan risiko fiskal di Indonesia. Sebagai akibatnya, sebagian besar pedagang cenderung berpindah investasinya menuju aset yang lebih aman dengan tingkat pengembalian tetap, seperti surat utang," jelasnya.
Pasar Hemat di Kantor Pos, Harga Beras Rp 60 Ribu untuk Setiap 5 Kg dan Minyak Kelapa Rp 14.700 Per Liter
Kebijakan Pemerintah Dipertanyakan
Ekonom dari Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menunjukkan hubungan antara penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan sejumlah keputusan pemerintah yang dinilai sebagai langkah-langkah tak realistis serta kurang didukung oleh analisis teknis yang memadai.
"IHSG mengalami penurunan karena performa APBN bulan Februari yang belum memuaskan dan prediksi kondisi fiskal yang sulit hingga tahun 2025. Di samping itu, ketidakpastian dalam keputusan pemerintahan juga memberikan tambahan beban pada pasar," katanya.
Menurut dia, peningkatan jumlah kasus suap berukuran raksasa di tanah air ini turut menggerogoti keyakinan para pemodal asing.
Keenggananan semakin bertambah seiring munculnya demonstrasi menentang penyempurnaan UU Tentara Nasional Indonesia dan ancaman pengurangan peringkat kredit negara ini.
"Masalah-masalah itu menyebabkan para investor menjadi lebih berhati-hati dan memutuskan untuk mengalihkan dana mereka dari bursa saham," tambahnya.
(*)