Saat menempuh pendidikan, anak Anda tentunya bakal belajar tentang sejarah baik di Indonesia maupun secara global. Di luar pengenalan terhadap figur-figur kunci dan event-event historis, mata pelajaran ini pun turut mendidik siswa tentang semangat juang, patriotisme, serta prinsip-prinsip etika yang dapat digunakan dalam aktivitas sehari-hari.
Sayangnya, banyak anak merasa bahwa sejarah adalah mata pelajaran yang monoton dikarenakan ketergantungan pada penghafalan. Sebenarnya, apabila diajarkan secara efektif, sejarah mampu menjadi naratif yang memukau serta penuh inspirasi.
Penggunaan metode bercerita atau storytelling Membantu buah hati Anda untuk lebih mudah menangkap pemahaman tentang berbagai peristiwa yang signifikan serta menyambungkan hal tersebut dengan pengalaman hidup mereka sendiri. Ibu bisa bercerita tentang petualangan sang pahlawan saat melawan penjajahan demi meraih kemerdekaan tanpa henti, lalu ceritakanlah secara lebih mendalam dan bersemangat supaya si kecil menjadi terpesona dan antusias.
Yang menarik adalah bahwa sejarah dapat diceritakan menggunakan beragam medium seperti buku ilustrasi, film animasi, atau bahkan game pembelajaran. Dengan metode ini, anak-anak menjadi lebih tertarik dalam menggali pengetahuan tentang sejarah sambil tetap merasakan kesenangan, sehingga tidak terasa sebagai paksaan.
Di samping peran guru di sekolah, Bunda pun bisa mendukung dengan merancang percakapan santai agar buah hatinya dapat membandingkan sejarah dengan pengalaman pribadi mereka. Melalui penyajian sejarah dalam bentuk kisah yang seru, si kecil tak cuma menerima pengetahuan dari masa lampau tapi juga mendapatkan hikmah bagi hari esoknya.
8 Pidato Pendek tentang Infak pada Bulan Ramadhan yang Cocok sebagai Materi Kultum di Sekolah
|
15 Kumpulan Kisah Sejarah Pendek di Indonesia Yang Seru Untuk Dibagikan Pada Si Buah Hati
Ibu bisa menyampaikan kepada Anak Kecil tentang riwayat singkat Bahasa Indonesia seperti yang diambil dari buku tersebut. Prinsip-Prinsip Menguasai Penggunaan Bahasa Indonesia oleh Darmayasa, Yusi Kurniati, dan Ernawati.
1. Ringkasan Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi di Negara Indonesia dengan riwayat panjang serta rumit. Mulai saat pertama kali muncul, bahasa ini sudah melalui banyak perubahan yang terpengaruh oleh aspek-aspek seperti keadaan sosial, politik, dan juga nilai-nilai budaya. Pada penjelasan selanjutnya, kami akan menjelaskan tentang kisah sejarah Bahasa Indonesia mulai dari permulaannya sampai evolusinya dalam era kontemporer.
Berdasarkan pendapat Kridalaksana (2008), Bahasa Indonesia lahir dari Bahasa Melayu yang sebelumnya dipakai sebagai lingua franca di wilayah Nusantara pada masa abad ke-15. Selanjutnya, Bahasa Melayu tersebut berevolusi dan akhirnya dikenali sebagai Bahasa Indonesia, yaitu bahasa resmi negara Indonesia.
Di awal abad ke-20, Bahasa Indonesia mulai dipersiapkan menjadi bahasa nasional oleh pahlawan-pahlwan kemerdekaan Indonesia (Dardjowidjojo, 1992). Mereka menganggap bahwa Bahasa Indonesia dapat digunakan sebagai sarana untuk menyatukan rakyat Indonesia yang memiliki beragam etnik dan dialek.
Tahun 1928, Kongres Pemuda kedua yang digelar di Jakarta mengumumkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional Indonesia (Kosasi, 2017). Dari saat itu, Bahasa Indonesia terus maju dan berperan sebagai bahasa resmi negara tersebut.
2. Perang Padri
Dikutip dari buku Telusuri Bahasa Indonesia Jilid 3 bagi siswa SMA/MA/SMK/MAK kelas dua belas. Oleh Imam Taufik; Rusmiyanto; S. Prasetyo Utomo; dan Setia Naka Andrian, karya ini mengisahkan Perang Padri yang ditujukan untuk dipersembahkan kepada anak-anak dalam bentuk cerita yang bisa mereka baca.
Perang Padri merupakan konflik yang terjadi di wilayah Sumatera Barat, khususnya di kerajaan Pagaruyung antara tahun 1803 sampai 1838. Konflik itu bermula karena perseteruan kelompok ulama yang dikenal sebagai kaum Padri melawan budaya-budaya tradisional milik masyarakat Minangkabau yang sering disebut kaum Adat, termasuk penggunaan alkohol, judi, sabung ayam serta penerapan sistem hukum adat matrilineal tentang pewarisan properti. Kurangnya usaha kaum Adat dalam merubah perilaku mereka setelah masuk Islam menjadi penyebab utama amarah kaum Padri.
Pada perang tersebut, pihak Padri diperintahkan oleh Harimau Nan Salapan, sementara kelompok Adat diketuai oleh Letnan Kolonel Antoine Theodore Raaff yang sukses mendorong pihak Padri menjauh dari Pagaruyung. Kemudian, orang Belanda membangun sebuah benteng pertahanan di Batusangkar dengan nama Fort van der Capellen. Di saat bersamaan, pasukan Padri berusaha mereorganisasi diri dan merencanakan sistem pertahanannya di daerah Lintau.
Pada 13 April 1823, pasukan yang dipimpin oleh Raaff berusaha untuk menyerang wilayah Lintau, tetapi mereka berhasil dicegah oleh kelompok Padri. Setelah itu, tentara Raaff mundur menuju Batusangkar. Kemudian pada 14 April 1824, Letnan Kolonel Raaff meninggal dunia akibat demam berdarah tinggi.
Tindakan perlawanan yang ditunjukkan oleh Kaum Padri begitu kuat hingga membuat Belanda kesulitan untuk mengalahkannya. Melalui residennya di Padang, pihak Belanda mencoba mendekati para pemimpin Kaum Padri yang kala itu diketuai oleh Tuanku Imam Bonjol guna meredam konflik lewat maklumat bernama "Perjanjian Masang" pada tanggal 15 November 1825. Di sisi lain, Pemerintah Hindia Belanda pun mulai merasakan tekanan finansial karena harus membiayai pertempuran serupa di wilayah Eropa dan Jawa, termasuk Perang Diponegoro.
Seiring jeda perang, Tuanku Imam Bonjol berusaha mengembalikan kekuatan dan menyatukan lagi Kelompok Adat. Akhirnya, disusunlah persetujuan yang populer sebagai "Persetujuan Gunung Pato" di Bukit Marapalam, kabupaten Tanah Datar, yang merepresentasikan kesepakatan kolektif antara Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah yang bermakna bahwa tradisi Minangkabau didasari oleh agama Islam, sementara prinsip-prinsip Islam sendiri ditopang oleh Al-Qur'an.
Setelah berakhirnya Perang Diponegoro dan pemulihan kekuatan Belanda di Jawa, pihak Pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk kembali menumpaskan Kelompok Padri. Alasan utamanya adalah dorongan besar untuk mengontrol tanaman kopi yang semakin menjalar di daerah pedesaan Minangkabau (dikenal juga sebagai Darek). Hingga masuk pada abad ke-19, hasil bumi seperti kopi menjadi salah satu komoditas unggulan bagi Belanda dalam perdagangan di Benua Eropa.
Agar mengurangi kemampuan musuh, Belanda melanggar kesepakatan lama dengan serangan mendadak ke nagari Pandai Sikek—sebuah wilayah terkenal sebagai pusat produksi bubuk mesiu dan persenjataan. Selanjutnya, demi mempertegas posisinya, Belanda merancang pertahanan baru dengan pembangunan benteng di Bukittinggi yang populer disebut Fort de Kock. Di awal Agustus tahun 1831, penguasaan atas area Lintau pun sukses dicapai, menjadikan Luhak Tanah Datar tunduk pada kontrol Belanda.
Sejak tahun 1833, terjadi perdamaian awal antara Kaum Adat dan Kaum Padri. Di hari ke-11 bulan Januari tahun tersebut, sejumlah pos pertahanan Belanda ditembaki tiba-tiba. Hal ini membuat pihak Belandah memahami bahwa mereka harus berhadapan bukan hanya dengan Kaum Padri, melainkan semua warga Minangkabau, termasuk kelompok adatnya sendiri. Sebagai respons, tentara Belanda merencanakan pendekatan baru untuk menyelesaikan masalah di daerah itu. Kemudian, tepat pada tanggal 16 Agustus 1837, benteng utama Bonjol berhasil direbut dari genggam musuh oleh pemimpin Belanda bernama Frans David Cochius. Meskipun demikian, Tokoh penting seperti Tuanku Imam Bonjol berserta pasukannya akhirnya meninggalkan hidupnya pada tahun 1864.
Pada awalnya, Perang Padri adalah sebuah konflik antar sesuku sendiri. Konflik tersebut menciptakan pembelahan dan membuka peluang bagi Belanda untuk merambah lebih jauh ke daerah-daerah kolonial mereka. Meski begitu, insiden ini juga mendorong terbentuknya suatu pemahaman tentang bagaimana bertemu dengan penduduk asli Minangkabau yang sudah berkolaborasi. Ini ditunjukkan melalui periode panjang yang dibutuhkan oleh Belanda guna merebut kembali Benteng Bonjol.
3. Kota Surabaya
Dalam buku Teks pada Analisis Struktural dan Linguistik oleh Taufiqur Rahman mengisahkan asal-usul kota Surabaya yang cocok dibaca kepada anak-anak:
Setiap wilayah tentu memiliki latar belakang uniknya sendiri ketika merumuskan namanya, contohnya Kota Surabaya. Terdapat setidaknya tiga penjelasan mengenai asal-usul nama Surabaya tersebut. Penjelasan pertama mendeskripsikan bahwa nama Surabaya berasal dari "Churabaya", sebuah desa persinggahan di pinggiran Sungai Brantas. Informasi ini tertuang pada Prasasti Trowulan I tahun 1358 Masehi. Selain itu, nama Surabaya juga muncul dalam puisi sejarah berjudul 'Pujasanegarakerta' yang dikarang oleh Mpu Prapanca.
Pada teks tersebut disebutkan bahwa Surabaya (Surabhaya) muncul di sebuah pujasastra mengenai petualangan laut pada tahun 1365 yang dilaksanakan oleh Hayam Wuruk, sang raja dari Kerajaan Majapahit. Akan tetapi, keberadaan Surabaya ini diperkirakan jauh lebih awal daripada waktu pembuatan naskah-naskah tersebut. Peneliti asal Belanda bernama GH Von Faber, dalam bukunya berjudul "En Werd Een Stad Geboren" atau bisa juga bermakna "Telah Lahir Sebuah Kota", menyatakan hipotesis bahwasannya Surabaya didirikan oleh Raja Kertanegara pada tahun 1275 dengan tujuan menjadi tempat tinggal bagi pasukan militernya yang sukses meredam pemberontakan Kemuruhan pada tahun 1270 Masehi.
Pada versi selanjutnya, nama Surabaya sangat terkait dengan legenda sengit antara Adipati Jayengrono dan Sawunggaling. Menurut mitos, selepas mengalahkan pasukan Tartar (Mongol), Raden Wijaya sang raja pertama dari kerajaan Majapahit, mendirikan istana di Ujung Galuh, lokasi saat ini adalah area Pelabuhan Tanjung Perak, lalu ia menjadikan Adipati Jayengrono sebagai pemimpin wilayah tersebut. Seiring waktu, Jayengrono semakin menjadi penguasa yang tangguh dan independen karena mahir dalam jurus Buaya, hal ini kemudian membayangi otoritas Majapahit. Dalam upaya meredakan Jayengrono, dikerahkanlah Sawunggaling, orang yang ahli dalam seni bela diri Sura. Pertandingan kekuatan magis pun dimulai di tepi Sungai Kalimas, tidak jauh dari tempat bernama Paneleh. Perlombaan hebat ini bertahan tujuh hari tujuh malam hingga pada akhirnya berkesudahan menyedihkan; mereka berdua tewas dikarenakan telah habis energinya.
Pada satu versi berbeda pula, nama Surabaya dikait-kaitkan dengan legenda peperangan antara ikan Suro (Sura) dan Boyo (Baya atau Buaya), simbol pertarungan antara lautan dan daratan. Gambaran tersebut tampak pada monumen suro-boyok yang terletak tak jauh dari taman hewan di Jalan Setail Surabaya.
Pada tahun 1975, walikota Surabaya saat itu, Soeparno, meresmikan tanggal 31 Mei 1293 sebagai hari kelahiran kota Surabaya. Dengan demikian, pada tahun 2005, Surabaya mencapai umur 712 tahun. Keputusan ini didasari oleh kesepakatan tim sejarawan yang diprakarsai pemerintah setempat tentang asal-usul nama Surabaya, yakni dari frasa "sura ing baya" yang artinya adalah “keberanian dalam menghadapi ancaman”. Beberapa informasi tentang latar belakang penggunaan nama tersebut telah dikonfirmasi melalui temuan artefak dan sisa-sisa masa lalu lainnya. Meski begitu, tetap saja ada potensi bahwa beberapa versi awal atau legenda yang tersebar di kalangan penduduk dapat menjadi semacam mitos turun-temurun tanpa dasar fakta konkret.
4. Keaslian Tarian Guel
Dikutip dari buku Ringkasan 100 Legenda Nusantara: Dari Barat Hingga Timur Oleh Irwan Rouf dan Shenia Ananda, disajikan sebuah kisah bersejarah pendek yang menghibur dan mendidik bagi anak-anak. Untuk informasi lebih lanjut, silakan simak!
Pada suatu hari, kedua bersaudara putra Sultan Johor dari Malaysia bernama Muria dan Sangede tengah memelihara bebek di pinggir pantai sambil bermain pancingan tali. Secara mendadak, angin kencang melanda yang membuat tali pancingan mereka lepas. Kedua saudara itu kemudian mencoba untuk mengejar pancingan talinya sampai akhirnya meninggalkan bebek-bebek tersebut tanpa disadarinya.
Setibanya di rumah, sang ayah memerintahkan kedua putranya mencari bebek dan harus membawa pulang hasilnya. Berlarut-larut selama beberapa bulan, Muria dan Sangede mengejar jejak bebek-bebek yang lenyap hingga ke desa Serule. Di tempat tersebut, warga setempat mengantarkan mereka berdua menuju istana Raja Serule.
Setelah berjumpa, Muria dan Sangede malah diadopsi menjadi putra dan putri oleh si raja. Ini kemudian menimbulkan dengki pada orang lain atas nasib baik yang diraih Muria dan Sangede.
Raja Linge yang merasa cemburu kemudian mengancam akan membunuh kedua saudara tersebut. Sayangnya, Muria akhirnya meninggal dunia.
Suatu hari, Sangede memiliki mimpi bertemu dengan kerabatnya yang telah meninggal, yakni Muria. Di dalam mimpinya tersebut, Muria menyampaikan petunjuk kepada Sangede tentang metode penangkapan gajah putih serta pengendalian hewan-hewan ini agar dapat dikembalakan dan diserahkan kepada Sultan Aceh Darussalam. Setelah beberapa tahun berlalu, saat para raja berkumpul di istana Sultan Aceh untuk membayar upeti, Sangede turut hadir.
Saat persidangan masih berjalan, Sangede bersantai di Balai Gading dan memandangi keelokan Istana Sultan. Di saat itu pula, dia terpikir tentang mimpi-mimpanya. Kemudian, mengikuti arahan kakaknya, Muria, Sangede pun mulai melukis seekor gajah putih pada lembaran daun Neniyun tersebut.
Selesai dibuat, karya seni tersebut dipamerkan ke sinar mentari. Siapa sangka, lukisan itu justru mengundang minat sang Putri Sultan. Ratu muda yang begitu tertarik dan heran oleh hasil kerja seniman itu lalu memesankan para pengikutnya untuk mencari seekor gajah mirip dalam lukisan tersebut.
Putri Sultan tersebut mengemukakan keinginannya pada Sangede. Dengan setuju, Sangede menerima permohonan dari Putri ini untuk mendapatkan Gajah Putih yang berada di hutan lebat Gayo. Menurut cerita lama, saat melakukan pencarian itu pula, mulailah tercipta biji-bijian serta petunjuk-petunjuk gerak tari Guel.
Agar dapat meredam keganasan sang gajah putih, diselenggarakan sebuah pesta yang melibatkan pembakaran kemenyan dan penggunaan suara keras lewat pemukulan sebilah kayu atau alat apapun yang bisa menciptakan bunyi tersebut. Beberapa individu yang turut dalam upaya mendorong Gajay Putih bersama-sama dengan Sengeda juga menyampaikan berbagai jenis tari-tarian guna mendapatkan fokus gajah putih. Alhamdulillah, gerakan-gerakan itu akhirnya berhasil menarik minat gajah putih sehingga ia mau meninggalkan tempat sembunyiannya.
Saat berada di jalan raya, mereka tetap melompat dan bergoyang supaya gajah putih tersebut ikut serta hingga mencapai kerajaan. Gerakan-gerakan ini akhirnya populer dengan nama Tari Guel.
5. Asal usul padi
Pada suatu hari di Tanah Karo, Sumatera Utara, ada sebuah desa yang dilanda kemacetaman panjang. Dalam kondisi ini, diceritakan tentang seorang bocah laki-laki tanpa orang tua yang bernama Si Beru Dayang. Anak itu tertekan dan sering kali merengek minta makan sambil bergelung di pangkuannya seperti halnya layaknya ia mencari kenyamanan dari sosok ibunda. Sang ibu sendiri begitu tersayat hatinya namun tak memiliki cara apapun untuk membantu situasi mereka. Kondisi badan si Beru Dayang menjadi semakin melemah sampai pada titik dimana dia akhirnya tiada. Setelah pergi mendadanya, rasa sakit hati sang ibu hanya bertambah parah lagi. Akibatnya, wanita malang tersebut memilih jalan keluar dengan melompat kedalam aliran sungai yang cukup dalam. Tidak ada satupun penghuni setempat yang menyaksikan insiden tragis tersebut.
Bulan-bulan sudah lewat, namun kemarau masih terus berlanjut. Pada lahan gersang dan pecah-pecah, dua bocah dilihat sibuk menyisir tanah mencari akar-akaran. Salah satu di antara mereka tiba-tiba memperoleh sebuah buah dengan bentuk bulat seperti labu besar. Dengan ini, kedua remaja tersebut membawa pulang buah unik tersebut guna dipamerkan pada keluarganya. Orang tua serta masyarakat desa tak satupun bisa mengenalinya. Raja, setelah mendapatkan kabar dari salah seorang penduduk, bersedia hadir untuk melihat sendiri barang aneh tersebut.
Ketika sang raja bersama warganya berkumpul menyaksikan buah tersebut, tiba-tiba terdengar bunyi langit yang mengungkapkan jika buah itu merupakan jembatan hidup seorang bocah lelaki bernama Si Beru Dayang. Bunyinya pun memberi perintah kepada penduduk untuk merawat tanaman ini supaya nantinya dapat dimakan. Lebih lanjut, suara itu juga menyinggung tentang harapan Si Beru Dayang yang amat kangen pada ibunya serta memohon pertemuan dengannya; wanita tersebut sudah bertobat menjadi seekor ikan di Sungai. Dengan melakukan hal-hal tersebut, kata suara mistik itu, tak ada lagi penghuni negri itu yang akan lapar.
Raja tersebut juga memberi perintah untuk mengeksekusi instruksi yang diberikan oleh suara itu. Setelah mencapai masa tiga bulan, hasil panenan tanaman ini berubah menjadi kuning dan sudah siap untuk di petik. Sesudah proses pemotongan, biji-bijian tersebut lalu dikeringkan serta ditumbuk agar dapat terpisah antara cangkoknya dengan isi dalamnya, sebelum akhirnya direbus. Ternyata, tanaman ini merujuk pada jenis tanaman padi. Agar bisa bertemu kembali dengan sang Ibu, warga daerah Tanah Karo melakukan acara hidangan bersama-sama menggunakan ikan yang diyakini berasal dari kehidupan semula Ibu Beru Dayang.
6. Sejarah dan Keaslian Danau Toba
![]() |
Di sebuah wilayah yang ada di Sumatera Utara, terdapat seekor petani bernama Danau. Dia tinggal seorang diri tanpa siapa pun. Tiap harinya dia berusaha dengan menanam padi serta mencari nasi dari sungai. Semua itu dilakukannya demi memuaskan keperluan pokok setiap harinya.
Suatu hari, Toba memutuskan untuk mengunjungi Sungai yang tak jauh dari kediamannya dengan tujuan menangkap ikan sebagai santapan malam itu. Persiapan sederhananya meliputi seutas tali pancing, umpan, serta wadah penampungan hasil tangkapan. Begitu sampai di tepian sungai, dia lantas menjaring harapannya.
Saat menanti umpannya dikunyah oleh ikan, Toba memanjatkan doa, "Tuhan Yang Maha Esa, mudah-mudahan saya bisa mendapatkan hasil tangkapan yang melimpah hari ini." Tak berselang lama, ia menyaksikan joran miliknya mulai berayun-ayun. Tanpa ragu, dia pun mengerek joran itu ke atas. Sang nelayan begitu girang ketika akhirnya mengetahui bahwa ikan yang berhasil ditangkapnya benar-benar raksasa.
Beberapa saat menatap ikan hasil pancingannya, Toba merasa begitu heran. Ia pun tak percaya ketika mendengar bahwa ikan tersebut dapat berbicara! "Jangan makan saya ya Pak, izinkanlah saya untuk tetap hidup," kata si ikan. Tak perlu bertele-tele, ia segera melepaskan ikannya dan mengembalikannya ke dalam Sungai.
Beberapa saat kemudian, Toba kaget ketika tiba-tiba makhluk di dalam tangki bertransformasi menjadi perempuan yang amat memesona. “Jangan khawatir Mas, saya tidak berniat merugikan Anda,” ujar sang naga ikan. “Kamu siapa? BUKANNAKA KAMU ITU IKAN?” bertanyanya pada Toba dengan penuh kebingungan. “Saya adalah seorang ratu yang telah diseret oleh kutukan akibat pelanggaran hukum raja,” balasnya. “Syukur atas pembebasanmu daripada kutukan itu. Untuk bayaran, bolehkah jika saya menjadi istrimu?” tuturnya kepada Toba.
Tanpa ragu, sang petani langsung menyetujui. “Oke, aku sepakati,” katanya. Akan tetapi, perempuan tersebut memiliki syarat tambahan terakhirnya. “Engkau harus bersumpah untuk tak menyebutkan tentang asalmulaiku yang merupakan sejenis ikan,” tutur gadis yang bakal menjadi istrinya itu. “Apabila sumpahmu dilanggar, pasti akan timbul malapetaka yang amat parah,” imbuhnya dengan pandangan penuh keseriusan.
Setelah berbulan-bulan bersama setelah pernikahan, kegembiraan Toba meningkat ketika istrinya menyambut kelahiran seorang putra bernama Samosir. Putranya ini berkembang dengan pesat dan terlihat gagah serta tangguh, namun memiliki suatu kebiasaan yang selalu mengundang rasa penasaran banyak pihak.
Samosir selalu merasa lapar dan tak kunjung puas. Suatu hari, sang ibu memberikan padanya misi untuk membawa makanan dan minuman kepada bapaknya yang sedang bertani di ladang. Akan tetapi, ia sama sekali tidak melakukan hal tersebut. Makanan yang harus diberikan pada ayahnya malah dimakannya sendiri hingga tinggal kulit kayu. Kemudian, tanpa daya lagi dengan rasa laparnya, dia pun jatuh tertidur dalam satu pondok sederhana. Sementara itu, Bapak Toba yang telah usai bekerja di persawahan langsung menuju tempat mereka berdomisili karena tubuhnya semakin lemah akibat kelaparan. Saat bergerilya melewati jalanan pulang, si pertanian ini menjumpai putranya yang tengah tidur nyenyak di salah satu gubuk tua. Ia lantas menyadarkannya dengan berkata, “Hei Samosir, cepat-buru!” serunya keras-keras.
Setelah sang putra bangkit dari tidurnya, si pertanian segera bertanya tentang makannya. “Makanan untuk Bapak kemana?” tanya Pak Toba. “Telah kukonsumsi semuanya,” balas Samosir. Mengetahui demikian, Pak Toba lantas mencaci anaknya. “Kau tak menghargai orang tua! Benar-benar tidak berperasaan! Anak yang seperti ikan!” geram Pak Toba sambil tanpa disadari sudah melanggar kesepakatan dengan istrinya.
Sesudah sang petani berkata demikian, langsung saja putranya serta istrinyalah yang lenyap tak berbekas. Di tempat di mana kaki si petani bertumpu, mendadak muncullah aliran air sungguh kuat bersama-sama dengan guyuran hujan lebat dan kilatan petir. Air pun membanjiri area yang amat luas sampai-sampai terbentuklah suatu danau raksasa. Danau ini kemudian populer sebagai Danau Toba.
7. Keaslian Danau Maninjau
Di suatu desa di bawah pegunungan Gunung Tinjau terdapat gunung dengan kawah yang begitu luas; tetapi secara cepat bertransformasi jadi telaga cantik. Fenomena ini tidak dapat dilepaskan dari cerita rakyat lokal mengenai kejahatan oleh Bujang Sembilan. Istilah 'Bujang Sembilan' merujuk pada kelompok sepuluh saudara laki-laki yang menetap di sebuah desa di dasar Gunung Tinjau.
Bambangan Sembilan mencakup Kukuban, Kudun, Bayua, Malintang, Galapuang, Balok, Batang, Bayang, serta Kaciak. Nyatanya, mereka adalah sepuluh saudara kandung termasuk satu orang adik perempuan yang dikenal sebagai Siti Rasani. Orang tu mereka telah tiada cukup lama, jadi kepemimpinan dalam keluarga ini berada di tangan sang kakak tertua yaitu Kukuban.
Mereka pun tetap berkerabat dengan ketua desa setempat, yakni Datuk Limbatang. Bagi kedua anak tekun ini—Bujang Sembilan dan Siti Rasani—Datuk Limbatang sebagai pamannya sering kali mendidik mereka dalam hal pertanian serta membimbingnya dalam mengetahui kebiasaan lokal. Ini semua tidak terlepaskan dari komitmen Datuk Limbatang pada saudaranya sendiri, sang ibu dari kesepuluh saudara tersebut.
Tiap kali mereka berkunjung ke tempat Bujang Sembilan, istrinya beserta anak laki-lakinya yang bernama Giran ikut serta. Lelaki dewasa itu biasanya bekerja di ladang, sedangkan wanita-wanitanya lebih banyak membantu urusan dapur dan membersihkan rumah. Dengan seiringnya waktu, keterampilan Bujang Sembilan dalam menanganai persawahan terus meningkat sehingga memberikan hasil panen yang sangat melimpah. Di saat bersamaan, Siti Rasani mulai tumbuh menjadi gadis muda yang anggun dengan kepribadian yang baik pula. Tak disangka-sangka, akhirnya timbullah suatu hubungan emosional antara Siti Rasani dan Giran ketika sering saling berjumpa.
Setelah mengumpulkan keberaniannya untuk membicarakan hal ini di hadapan kedua belah keluarga, akhirnya mereka sepakat menerima hubungan tersebut. Mereka hidup bahagia sampai tiba festival panen besar, saat itu terjadi perseteruan antara Kukuban dan Giran selama pertunjukkan silat. Serangan dari Giran berhasil ditahan, namun justru membuat kakinya Kukuban patah, menjadikannya malu sebagai anak tertua. Dari situ Kukuban mulai menyimpan dendam, hingga suatu hari Datuk Limbatang datang dengan maksud ingin Giran melamar Siti Rasani.
Kukuban menolak secara tegas niat baik tersebut lantaran masih menyimpan rasa benci kepada Giran. Peristiwa ini membuat Siti Rasani dan Giran merasa sedih, sehingga mereka memilih bertemu di tepi sungai guna membahas solusi supaya dapat melangsungkan pernikahan. Akan tetapi, meskipun sudah mendiskusikan masalah ini cukup lama, mereka belum mampu menentukan langkah penyelesaian. Akibatnya, Siti Rasani putus asa dan memutuskan untuk pulang saja. Namun saat hendak meninggalkan tempat itu, sejenis tanaman berduri meremas sarung yang dikenakannya, hingga paha si pemuda itu ikutan lecet. Tanpa ragu lagi, Giran langsung mencari rumput obat untuk menyembuhkan lukanya.
Tiba-tiba Bujang Sembilan muncul bersama para penduduk desa lainnya, tiba-tiba saja mereka marah-marah dan mengucapkan tuduhan buruk kepada kedua orang itu. Sebuah sidang tradisional kemudian digelar guna mendiskusikan nasib pasangan kekasih ini; tetapi Bujang Sembilan berkelakuan keras pada keduanya. Pendapat atau pertahanan Siti Rasani serta Giran tak kunjungi dipertimbangkan, sehingga sanksi pun ditentukan atas dasarnya agar daerah tempat tinggal mereka bisa selamat dari bencana.
Kedua orang tersebut kemudian diantarkan menuju Kawah Gunung Tinjau; putusan hukumannya ialah bahwa Siti Rasani dan Giran wajib dilempar ke dalam kawah itu. Sebelum mereka dilempar, Giran mendoakan permohonan akan keadilan dari Allah Swt., dia minta bila dirinya tak bersalah maka gunung ini seharusnya meledak, sementara Bujang Sembilan diberi kutukan.
Tepat sekali, begitu kedua belah pihak dilemparkan ke dalam kawah, gunung tersebut meledak dengan lava dahsyat sehingga tak seorangpun dapat bertahan hidup. Kemudian bekas ledakannya membentuk suatu cekungan yang terisi oleh air hujan dan berkembang menjadi sebuah danau yang memesona. Sedangkan Bujang Sembilan menerima kutukan; mereka bertransformasi menjadi ikan dan tinggal di danau ini yang saat ini disebut Danau Maninjau.
8. Sejarah terciptanya Instagram
Dikutip dari buku Bahasa Indonesia Kelas XII oleh Maman Suryaman, ada sebuah kisah sejarah pendek yang menghibur dan bagus untuk diberikan kepada anak-anak baca:
Tentunya Instagram bukanlah hal yang baru atau aneh bagi sebagian besar orang. Aplikasi sharing foto dan video ini memberikan kemampuan kepada para pengguna untuk mengabadikan gambar, menggunakan filter digital, menambahkan variasi efek, lalu mendistribusikannya di bermacam-maca platform media sosial, termasuk juga dalam jaringan Instagram itu sendiri.
Instagram dibuat dari gabungan dua kata penting yaitu "insta", yang merujuk pada sesuatu yang instant layaknya kamera Polaroid dikenal sebagai tempat membuat foto instan. Sementara itu, "gram" mirip dengan telegram di mana alat komunikasi ini digunakan untuk menyampaikan pesan secara singkat dan cepat kepada orang lain.
Perusahaan Burbn, Inc yang demikian start up Teknologi yang secara khusus fokus pada pengembangan dan produksi aplikasi untuk ponsel pintar baru muncul sekitar tahun 2010 silam.
Awalnya, Burbn, Inc menekankan pengembangan semua fitur bahasa pemrograman HTML5. Tetapi seiring perkembangannya, Mike Krieger serta Kevin Systrom sebagai kepala eksekutif perusahaan tersebut memutuskan fokus hanya pada aspek tertentu saja.
Selama satu minggu penuh, mereka berupaya merancang konsep-konsep yang diharapkan bisa menghasilkan keuntungan. Pada akhirnya, kedua pemimpin perusahaan tersebut sukses dalam menemukan rilis awal dari Instagram. Seperti halnya, prototype Secara umum, versi perdana dari Instagram tersebut masih mempunyai berbagai ketidaksempurnaan di seluruh aspek sistemnya.
Setelah melewati beberapa proses pengembangan dari aplikasi Burbn ini, kini telah siap untuk dicoba pada perangkat iPhone. Meskipun demikian, masih ada cukup banyak fitur yang belum dikelompokkan dengan tepat.
Bagi Kevin dan Mike sangat sulit untuk merombak semua fungsi yang sudah ada dan mulai kembali dari nol. Mereka akhirnya memutuskan fokus hanya pada aspek foto, komentar, dan suka gambar. Dari sinilah konsep dasar pembentuk jaringan sosial Instagram modern bermula.
Pada tanggal 9 April 2012, dikabarkan berita penting bahwa saham dan kepemilikan Instagram akan ditransfer kepada Mark Zuckerberg, sang pemegang saham utama Facebook, seharga 1 miliar dolar dalam bentuk uang tunai dan saham.
Instagram kini sudah banyak disenangi oleh kalangan remaja hingga orang dewasa. Kemudahan pengoperasian serta fitur-fiturnya yang tampak modern turut memperluas popularitasnya setiap tahunnya. Melalui media sosial Instagram, kita bisa mendapatkan informasi tentang semua aktifitas sahabat atau kerabat cukup dengan melihat gambar ataupun klip yang diunggah mereka.
9. Kegoncengan di Majapahit (S. H. Mintardja)
Setelah Raden Wijaya sukses menjabat sebagai Raja Majapahit pertama dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana, dia tak lupa menghargai usaha para senopati (perwira) yang telah setia mendukungnya dari awal hingga akhir. Dia memberikan jabatan tinggi kepada mereka semua. Ronggo Lawe dipromosikan ke posisi adipati di wilayah Tuban sementas anggota lain juga menerima penunjukan serupa. Hubungan antara dirinya dan para pendukung tersebut tetap dekat serta harmonis mulai dari tahap perjuangan pertama hingga ia berkuasa sebagai sang raja.
Namun, guncangan pertama yang mempengaruhi hubungan tersebut terjadi saat Sang Prabu sudah menikah dengan empat putri mantan Raja Kertanegara. Kemudian, ia kembali menikahi seorang putri asal Melayu. Sebelum sang putri dari tanah Melayu itu menjadikan dirinya suami kelima, Sang Prabu Kertarajasa Jayawardhana telah mengambil sembilan istri lainnya yaitu seluruh putri mantan raja Kertanegara. Ia melakukan hal ini agar tak ada dendam atau perselisihan untuk merebut kekuasaan di masa depan.
Empat wanita kerajaan tersebut ialah Dyah Tribunan sebagai permaisuri, kemudian ada Dyah Nara Indraduhita di posisi kedua, selanjutnya Dyah Jaya Inderadewi pada urutan ketiga. Yang terakhir dikenal juga dengan nama Retno Sutawan atau Rajapatni yang artinya “yang dicintai”, sebab sang putri bungsu dari almarhum Kertanegara ini merupakan istri favorit baginya.
Dyah Gayatri sang adik tertua ternyata sangat memesona, mirip dengan sosok wanita ilahi dari surga, terkenal hampir di seluruh tanah air dan ketampanannya menjadi inspirasi bagi banyak penyair pada zamannya. Namun, muncullah sebuah regim militer yang beberapa dekade silam dikirim oleh almarhum Raja Kertanegara kepada kerajaan Melayu. Regim tersebut disebut sebagai Pamalayu yang diprakarsai oleh seorang jenderal berani bernama Kebo Anabrang alias Mahisa Anabrang, gelar yang diberikan oleh raja karena misinya untuk melintasi (anabrang) ke wilayah Melayu.
Tim petualangan sukses ini juga mengantarkan kembali dua gadis kembar. Gadis bungsu, yang dipanggil Dara Petak, menarik perhatian Raja Kertarajasa dengan keelokannya; ia pun dinikahi sebagai istri kelima, dyah Dara Petak. Ternyata, Dara Petak menjadi pesaing utama bagi Dyah Gayatri sebab dia benar-benar memesona dan bijaksana dalam bertindak. Raja amat menyayangi isteri termudanya itu hingga setelah disuntingnya, beliau memberinya gelar Sri Indraswari.
Berlangsunglah pertarungan rahasia di antara sang istri-istri tersebut, yang pastinya sangat menegangkan, untuk merebut belas kasihan serta penghargaan dari Sri Baginda dengan harapan meninggikan martabat dan kuasa mereka sendiri.
Jika Sang Prabu tidak sadar tentang kompetisi tersebut, dampak dari persaingan itu dirasakan dengan jelas oleh para senopati dan mulai timbul pertentangan rahasia di antara mereka. Mereka bercerai-berai menjadi dua kelompok: satu yang condong ke arah Dyah Gayatri, putri dari mantan Sang Prabu Kertanegara, dan lainnya yang memihak pada Dara Petak, keturunan kerajaan Malayu.
Tentu saja Ronggo Lawe, sebagai seseorang yang sangat setia sejak masa Prabu Kertanegara, mendukung Dyah Gayatri. Akan tetapi, mengingat rasa hormatnya pada Sang Prabu Kertarajasa yang bijaksana, persaingan serta kebencian yang dilancarkan dengan sembunyi-sembunyi tak pernah berkembang menjadi permusuhan terbuka.
Sepertinya tak banyak peristiwa luar biasa muncul setelah Dara Petak memasuki hidup Sang Prabu, apalagi tanpa adanya suatu insiden yang menyulut kemarahan Ronggo Lawe tentang penunjukan sang patih pemegang tahta kerajaan, yakni Patih dari Kekaisaran Mojapahit. Penunjukkan ini dilakukan oleh Sang Prabu untuk menempatkannya sebagai pegawai tinggi kedua setelah dirajalah, yaitu Senopati Nambi.
Penunjukkan tersebut sangat dipengaruhi oleh rayuan Dara Petak. Setelah mendengar tentang penobatan patih baru itu, wajah Adipati Ronggo Lawe pun memerah. Saat itu dia tengah menyantap makanan, sama seperti biasanya di servis oleh dua istri setianya, yakni Dewi Mertorogo dan Tirtowati.
Setelah mendapatkan informasi tersebut langsung dari seorang investigasi yang berkunjung saat adipati tengah menyantap hidangan, Ronggo Lawe sangat marah. Bola nasi yang telah disiapkannya dilemparkan dengan keras ke lantai sehingga masuk ke dalam permukaan tanpa sisa. Dalam ledakkan emosi tersebut, sang adipati mempergunakan ilmu kewibawaannya, membuat ujung meja retak dan akhirnya remas sampai hancur.
"Kakangmas adipati... mohon Paduka tetap tenang,... " Dewi Mertoroko menenangkan suaminya.
"Perlu diingat, Kakangmas Adipati... sebenarnya tidak baik untuk melambungkan berkat ibu pertiwi dengan cara tersebut..." Tirtowati pun menegur bahwa melempar nasi ke lantai begitu saja adalah suatu bentuk penodaan terhadap Dewi Sri dan bisa menyebabkan kerugian.
Namun, Adipati Ronggo Lawe bangkit berdiri dan biarkan kedua tangan beliau dibersihkan oleh dua istri yang mencoba memberikan kenyamanan kepadanya.
Ia berkata, 'Aku harus pergi saat ini juga!'
"Segerakan panggil Mego Lamat ke depan! Saya akan seketika pergi menuju Mojopahit!" Mego Lamat merupakan salah satu kuda pilihan favorit Adipati Ronggo Lawe, hewan ini sangat cantik dan gagah dengan bulu berwarna kelabu muda. Tidak ada usaha apapun dari kedua istri sang adipati yang berhasil menghentikan kemarahannya tersebut.
Tidak lama setelahnya, hanya terdengar dentuman langkah cepat Mego Lamat yang melompat-lompat, membuyarkan keheningan di dalam bangunan kerajaan tersebut, menusuk hati kedua wanita yang mencintai dan khawatir akan nasib suami masing-masing yang sedang bertengkar hebat.
Saat itu, sang Prabu berhadapan dengan beberapa senopati dan punggawa. Para penghadir semuanya merupakan mantan sahabat seperjuangan Ronggo Lawe. Mereka sangat terkejut saat melihat Ronggo Lawe tiba-tiba hadir untuk bertemu raja tanpa undangan resmi, apalagi Adipati Tuban belum lama ini jarang muncul di depan Sri Baginda.
Prabu pun melihat dengan kerutan di antara alisnya sebagai pertanda ketidakpuasan, tetapi karena Ronggo Lawe telah lama menjadi sandaran baginya saat ia masih bertarung dulu, sang Prabu menyingkirkan rasa tak senang itu dan langsung menyapa Ronggo Lawe.
Dalam kemarahan dan kecewaannya, Adipati Ronggo Lawe tetap mempertahankan sopinya, namun begitu seluruh ritual hormat usai, ia langsung membungkuk dan berseru dengan nada keras, “Saya secara sengaja hadir untuk mengingatkan Bapa atas kelalaian yang dilakukan tanpa disadar oleh Bapa!” Wajah semua orang yang ada di istana pun terlihat pucat ketika mendengarkan perkataan itu, membuat detak jantung mereka bertambah kencang.
Semua orang sudah mengetahui karakter serta kepribadian Ronggo Lawe, si banteng Mojokerto yang berani dan kuat, tetapi juga lugas dan tulus, tanpa menyembunyikan apa pun saat menyampaikan pendapatnya, tak akan goyah sedikitpun ketika melindungi sesuatu yang dia anggap benar. Baginda Sultan sendiri memperhatikannya dengan seksama lalu berkata dengan nada stabil, “Teman Ronggo Lawe, bisakah kau jelaskan lebih lanjut makna dari kata-katab itu?”
Apa yang saya ingin sampaikan ialah penunjukan Nambi menjadi wazir baginda raja tersebut sangatlah tak pantas! Kebijakan yang baginda buat itu benar-benar salah, kurang akal serta saya percaya pasti ada pihak di balik layar yang mempengaruhi baginda! Menjadikan Nambi sebagai pegawai tinggi negri adalah sebuah kesalahan besar, tidak sesuai dan merugikan orang lain; sedangkan Baginda dikenal luas sebagai pemimpin bijaksana, berwibawa dan adil!
Luar biasa betul perkataan Ronggo Lawe kali ini! Sebagai seorang adipati, ia tidak meminta izin terlebih dahulu namun berani bertemu langsung dengan si Prabu sambil menyampaikan kritik-kritik begitu pedasnya! Wajah Patih Nambi pun tampak berganti-ganti antara pucat dan merah; tangan kanannya mengepalk kemudian membuka lagi hingga jarinya ikut-ikutan gemetaran. Sementara wajah Seri Anggada atau lebih dikenal sebagai Senopati Kebo Anabrang malah semakin memerah layaknya kepiting direbus; tatapannya yang lebar-lebar tersebut nampak seperti melepaskan percikan api saat ditujukan kepada Ronggo Lawe.
Sora, lembu tua tersebut, berwajah semakin pucat, tidak menyangka keponakannya begitu berani. Bahkan senopati-senopati Gagak Sarkoro dan Mayang Mekar pun melototi dengan mata membola.
Singkatnya, seluruh jenderal dan pejabat yang hadir di depan sang prabu serta memperdengarkan kata-kata Ronggo Lawe, semuanya kaget dan sebagian besar sangat marah, namun mereka enggan campur urusan karena mengagungkan sang Prabu.
Namun demikian, Sang Prabu Kertarajasa tetap tenang, malah ia tersenyum sambil menatap Ronggo Lawe, panglima setianya tersebut. Kemudian dengan lembut ia berucap, “Teman tercinta Ronggo Lawe, pengangkatan Kakang Nambi menjadi patih hamangkubumi ini bukan sembarang langkah, melainkan hasil pertimbangan matang yang sudah disepakati oleh seluruh pamanku serta para senopati dan segala pembantuku.”
Bagaimana Kakang Ronggo Lawe bisa menyebut pengangkatan tersebut tak tepat dan kurang adil? Wajahnya memerah, bulu kumis mirip milik Sang Gatotkaca bergemetarkan diri akibat kemarahan. Napasnya tersenggal-senggal sementara dia mendesak kata-kata dengan keras: “Sudah pasti tidak tepat! Paduka sendiri mengetahui betul tentang sosok Si Nambi! Paduka pasti belum melupakan semua perbuatan serta tingkah lakunya di masa lampau! Ia adalah orang yang ceroboh, rapuh, bermoral buruk, penakut, bahkan tidak punya sedikitpun otoritas.”
10. Latar Belakang Rumah Kaca karangan Pramoedya Ananta Toer
Pembebasan politik dari Nederland, termasuk Sneevliet dan Baars, menjadi lebih aktif di wilayah Jawa Timur, terutama di Surabaya. Mereka sering kali mengadakan pidato dimana saja, sepertinya tidak pernah merasa lelah atau kurang suara untuk berkata-kata. Melarikan diri dari konflik internal di Nederland menuju Hindia, mereka menyebut diri sebagai pahlawan tanpa saingan, seolah-olah Hindia adalah milik mereka sendiri dengan naungan hukum demokratis. Keberuntungan ada pada sisi mereka karena aktivitas ini hanya dilakukan di antara kelompok orang yang berbicara Bahasa Belanda, golongan masyarakat bawah yang cenderung tertutup.
Meskipun mereka berasal dari Eropa dan sebenarnya bukan urusan saya, namun pada akhirnya ikut serta tanpa disadari dalam hal-hal yang berkaitan dengan saya. Mereka menunjuk Surabaya sebagai lokasi utama aktivitas mereka karena Surabaya menjadi markas Syarikat Islam. Mereka berencana melakukan pengaruh langsung maupun tidak langsung kepada organisasi tersebut. Yang perlu dilindungi adalah Mas Tjokro, sang “kaisar” yang belum dewasa secara politik, agar tetap tahan terhadap tekanan mereka. Ia harus lebih condong mengikuti keyakinannya sendiri daripada mendayagunakan paham sekuler Barat ini.
Rencana untuk menghadapi si "kaisar" sudah kukumpulkan secara detail pasca seranganku yang bertubi-tubi dari dia. Namun itu belum cukup. Dia bahkan mencoba membuat ancaman seperti takut dirayu atau ditipu olehku.
Cara mana Tuhan boleh mengatakan bahawa mereka bertujuan untuk memberi kesan kepada Syarikat Islam? Adakah Tuhan dapat menunjukkannya?
Ucapan yang mencurigakan tentang kemampuanku benar-benar menyentuh harga diriku. Ia seharusnya dapat bersikap lebih bijak lagi.
Sungguh," ujarku sambil merasakan beban berat. "Yang harus mengambil kesimpulan dan membuktikan adalah tuan sendiri, bukan sebaliknya seperti ini. Mereka tidak berasal dari tempatan.
Rumah pancing milikku benar-benar membuat perusahaan jadi lebih berjauhan daripada sebelumnya. Tujuannya adalah untuk menghindari paparan tersebut. Namun beberapa hari setelah itu, rumah pancing itu dipindahkan tanpa kuingininya. Lalu sebuah surat dari sainganku menunjukkan bahwa dia tak senang cuma diam saja. Dia ingin mendorong situasi hingga konfrontasi menjadi tidak bisa dielakkan.
Menyuarakan perbedaan antara dua kelompok dengan sudut pandang dan perilaku yang tak sama memang sangat mudah dilakukan. Namun, hal tersebut dapat menimbulkan dampak jangka panjang. Perusahaan kemungkinan besar akan melihat keduanya sebagaimana cara mereka menyikapi warga Eropa secara umum, sehingga bisa muncul rasa benci yang merata kepada orang Belanda. Sementara itu, sayap Marco, yang hingga saat ini belum memiliki lapangan untuk tampil, bakal mencoba memanfaatkan peluang kali ini.
Jika dia terlepas dari bimbingan Mas Tjokro, maka bisa jadi ia akan menjadi ancaman yang besar. Pertumbuhan sedemikian cepat tidak sepenuhnya dapat diprediksikan.
Di hari yang sama, aku membalas catatan tersebut. Hasilnya, dia marah dan langsung mengeluarkan rasa kesalannya.
Apakah Bapak berniat untuk menentang pemerintahan?
Sebab saya mengerti bahwa ide-idenya tidak akan berhasil tanpa rangkuman dan tandatangani milikku, maka saya temui dia dengan sebuah usulan.
Bila instruksi tersebut disampaikan kepada saya setelah gelar 'tenaga ahli' itu dicabut oleh pemerintah provinsi, saya akan melaksanakannya secara langsung, Bapak. Jika tidak, saya tetap memiliki hak untuk menolak.
Wajahnya menjadi memerah akibat kemarahan. Iya, iya, kamu akan aku mainkan, Tuhan. Ayo kita periksa siapakah yang lebih tahan.
Namun, dia tidak memaksakan diri dan meninggalkan tempat sambil menggeramkan keluhan. Catatan berikutnya tiba, yang bertuliskan nada ketidakpercayaan terhadap saya sebagai pendukung salah satu dari organisasi-organisasi itu.
Tentu saja dia tidak tahu siapa Pangemanann. Jika seseorang yang bernama Pangemanann menjadi Algemeene Secretaris, mustahil bagi orang lain untuk dengan mudah mencegah atau mendekati posisi mereka. Saya menyimpan catatan tersebut dengan hati-hati dan tidak menjawab apa-apa.
Kini saatnya dia mulai mencari-cari celah. Aku pun memulai proses mengingati-ulangi kerjaku dengan urutan waktu, dari tahun 1912 hingga awal tahun 1915. Satu-satunya hal yang dapat diserang adalah penilaian dangkal terhadap naskah-naskah Raden Mas Minke yang kukira tak memiliki nilai signifikan. Kumpulan naskah tersebut kuarsipkan di rumah sebagai koleksi pribadiku sendiri. Sebab itu, evaluasi yang kurang mendalam kemungkinan besar membuka pintu bagi tuduhan bahwa aku sengaja meredam beberapa pandangan atau fakta tertentu.
Tidak apa-apa, saya masih yakin bahwa skrip tersebut lebih bersifat pribadi ketimbang umum. Saya ingin mengatakan bahwa skrip itu sudah terbakar di meja kerja dalam wadah kalengan kecil yang ada di ruangan saya. Meski demikian, saya perlu mempersiapkan diri.
Pernyataan Sneevliet mulai banyak ditemukan dalam versi Bahasa Melayu, khususnya pada publikasi suratkabar di Salatiga, Semarang, Madiun, serta Surabaya. Pula pidato Baars yang mahir menggunakan bahasa Melayu maupun Jawa secara lancar. Namun, media cetak di daerah Jawa Barat dan Betawi seolah tetap diam. Dampak tersebut semakin meluas di kalangan penduduk asli. Sepertinya dampak ini bisa dibandingkan seperti roda; begitu seseorang memahami dan menggunakannya, maka itu menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup mereka.
Di pertunjukan langsung di Sala, terbukti bahwa dampak tersebut ada. Peran yang dipertunjukkan saat itu adalah Surapati. Beberapa pekan kemudian, ternyata aktor yang memerankan karakter Surapati adalah sama orangnya yaitu Marco.
Khususnya, saya siapkan diagram peta dampak tersebut. Dalam satu minggu, terlihat bahwa dampak ini seperti rembulan yang bergerak menyinari dan menyebar ke kota-kota pelabuhan di Jawa Tengah dan Timur, merambah ke daerah pedesaan serta menggapai seluruh area perusahaan gula—setiap area perusahaan gula.
Dewan Hindia telah menuntut kepada Gubernur Jenderal, seperti informasi yang saya dapatkan melalui percakapan dengan beberapa orang, agar personel polisi yang memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengontrol aktivitas politik masyarakat lokal diatur statusnya sehingga bisa lebih efektif dalam mengurus hal tersebut. Polri seharusnya mendapatkan legitimasi resmi atas tindakan mereka dalam bidang ini, serta harus ada lembaga koordinator baru yang akan didirikan guna mendukung pembentukan divisi spesial itu.
Alasan utama dari permintaan tersebut adalah peningkatan aktivitas politik pribumi yang semakin meningkat akibat relaksasi hubungan antara Kerajaan dan Hindia. Meskipun terdapat rencana pengiriman pasukan militer dari Kerajaan, hal ini tidak akan menjadi harapan praktis pada masa perang dunia saat itu. Oleh karena itu, Angkatan Perang Hindia harus ditingkatkan agar siap menghadapi berbagai skenario potensial.
11. Figur wanita pejuang Cut Nyak Dien
Cut Nyak Dien merupakan seorang Pahlwan Nasional Indonesia yang dilahirkan pada tahun 1848 di Kerajaan Aceh. Dia berasal dari latar belakang keluarga aristokrasi yang sangat menekankan pentingnya keagamaan.
Cut Nyak Dien dilahirkan oleh pasangan yang bernama Teuku Santa Setia dan Putri Uleebalang Lampagar. Dia diberkati dengan seorang anak laki-laki sebagai hasil dari perkawinannya dengan Ibrahim Lamnaga.
Cut Nyak Dien juga dikaruniai seorang anak laki-laki dari perkawinannya yang kedua dengan Teuku Umar yang bernama Cut Gambang. Upaya Cut Nyak Dien untuk mengusir penjajah Belanda tidaklah mudah dan penuh rintangan.
Cut Nyak Dien bersama Teuku Umar dikenal menerapkan strategi Hed Veraad. Strategi ini mengharuskan pasangan itu berpura-pura bekerja sama dengan kolonial Belanda. Setelah mendapatkan informasi tentang niat Belanda, Cut Nyak Dien kemudian mencoba menyelenggarakan upaya untuk merebut kembali kendali dari tangan penjajah. Sayangnya, usaha Teuku Umar dalam serangan terhadap tentara Belanda tidak berhasil.
Titik awal pemberontakan melawan kolonial kemudian disambung oleh Cut Nyak Dien ketika usianya masih sangat belia. Akan tetapi, naasnya Belanda berhasil menangkappnya di wilayah Beutong Le Sageu.
Cut Nyak Dien dianggap sebagai teladan bagi wanita Indonesia, mirip dengan R.A. Kartini. Hal ini karena peranan kaum hawa pada masa lalu kurang mencolok untuk dilihat.
12. Sejarah terbentuknya ASEAN
![]() |
ASEAN merupakan akronim dari Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara, sebuah organisasi dengan fokus pada bidang ekonomi dan geopolitik khusus bagi negara-negara di daerah tersebut. Latar belakang pembentukan ASEAN bermula dari adanya persamaan antar negara pendiri beserta permasalahan konflik yang sedang dialami waktu itu.
Zaman 1960-an memberikan tantangan tersendiri bagi negeri-negeri di Asia Tenggara. Berbagai perbedaan pandangan muncul, baik dari dalam maupun luar negeri. Lokasi strategis Asia Tenggara membuatnya jadi area penting; beberapa negara di sini berperan sebagai pangkal kekuatan regional Blok Timur dan Barat, misalnya di Vietnam dan Filipina. Di atas segalanya, pertempuran bersenjata pun mereda di negeri-negeri lain seperti Laos, Vietnam, hingga Kamboja. Konflik dua arah juga tidak luput melanda hubungan antar bangsa, contohnya ketegangan antara Indonesia dengan Malaysia, atau lagi-lagi antara Kamboja dengan Vietnam.
Masalah-masalah tersebut mempengaruhi kestabilan pertahanan serta perekonomian di negeri-negeri Asia Tenggara. Sebagai akibatnya, sejumlah tokoh kepemimpinan mulai mengambil langkah-langkah guna mendirikan lingkungan yang aman dan tentram bagi wilayah Asia Tenggara melalui pendirian ASEAN.
13. Perkembangan transportasi darat
Transportasi daratan telah diketahui sejak jaman dahulu. Terdapat berbagai macam bentuk kendaraan darat saat itu, misalnya saja kuda tunggang, kereta yang didorong oleh kuda, gerobak, serta sepeda. Akan tetapi, sayang sekali jenis-jenis alat transportasi tersebut masih mengandalkan kekuatan dari binatang atau bahkan manusia agar bisa bergerak dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
Kendaraan dengan mesin anyar pertama kali diperkenalkan pascaabad ke-18. Namun, teknologi mesin tersebut masih menggunakan sistem kereta api uap. Mulai tahun 1870-an, kendaraan bertenaga uap ini dipergunakan oleh angkatan bersenjata Perancis guna transportasi perlengkapan militer. Mesin uap mereka memiliki tiga roda dorong dan hanya bisa melaju sedikit lebih cepat daripada laju seseorang ketika berlari.
Sepuluh tahun setelahnya, mesin diesel berhasil diciptakan. Inovasi tentang mesin diesel yang menggunakan tenaga matahari di akhir abad ke-19 menandai momen signifikan dalam perkembangan alat transportasi seperti mobil. Dengan adanya mesin tersebut, bahan bakarnya menjadi lebih hemat dan performa mobilitas meningkat. Mulai saat itu, mobil semakin populer dikarenakan fungsionalitasnya serta fleksibilitas untuk digunakan kapan saja dan ke manapun. Kemajuan bidang otomotif dimotori oleh Henry Ford melalui implementasi proses produksi masal terhadap mobil dengan harga terjangkau.
Perkembangan terbaru dalam bidang transportasi darat meliputi kereta api berbasis teknologi maglev, singkatannya dari Magnetic Levitation. magnetic levitation ), yang diciptakan oleh seorang insinyur asal Inggris bernama Eric Laithwaite pada tahun 1950.
ternyata, bidang transportasi memiliki sebuah sejarah yang cukup panjang. Kemajuan dalam hal transportasi telah memberikan dampak positif dengan membuat mobilitas orang menjadi lebih mudah, proses pengiriman barang dari satu wilayah ke wilayah lain menjadi lebih cepat, serta mendukung percepatan pembangunan berbagai infrastruktur.
14. Awal mula perayaan Hari Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945
Indonesia sudah memperingati kemerdekaannya selama lebih dari tujuh puluh tahun. Pada tanggal 17 Agustus 1945, negara ini akhirnya mencapai kedaulatan mereka sendiri. Meskipun demikian, kebebasan tersebut tak didapat secara cepat atau semalam jadi. Kemerdekaan itu juga bukan hasil kesepakatan dari luar negeri manapun. Sebaliknya, Indonesia mendapatkan kemerdekaan setelah menghadapi berbagai momen historis yang signifikan.
Dimulai dengan penciptaan beberapa organisasi guna mempersiapkan kemerdekaan, yang pertama kali dijalankan melalui pendirian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada bulan Maret tahun 1945. Organisasi tersebut ditugaskan untuk menyusun prinsip-prinsip negara, hal yang mana akhirnya disepakati menjadi Pancasila. Setelah landasan negara itu telah terwujud, BPUPKI dicabut keberadaannya dan digantikan oleh badan lainnya.
Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan dan digantikan oleh pembentukan PPKI serta Panitia 9 yang bertugas mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Proses berikutnya adalah penyusunan teks proklamasi yang dilakukan di malam hari tanggal 16 Agustus. Hal ini terjadi sesaat setelah Ir. Soekarno dan M.Hatta pulang dari Rengasdengklok.
Penyusunan naskah proklamasi dilakukan di rumah Laksamana Maeda yang berjalan sampai larut malam. Naskah tersebut disusun secara bersama-sama oleh para peserta yang hadir, lalu ditanda tangani oleh Ir. Soekarno dan M. Hatta mewakili rakyat Indonesia. Setelah itu, teks Proklamasi diberikan kepada Sayuti Melik agar dicetak.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, yang merupakan hari berikutnya, teks Proklamasi dikumandangkan oleh Ir. Soekarno di tempat tinggalnya. Tempat itu terletak di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Pengucapan teks tersebut dilihat langsung oleh sejumlah pemimpin nasional antara lain Soewirjo, Trimurti, dan Ahmad Soebarjo, serta warga negara Indonesia lainnya.
Saat teks Proklamasi dikumandangkan, Indonesia secara resmi mengumumkan kemerdekaannya. Berita tentang hal tersebut kemudian didistribusikan lewat saluran-saluran pers yang ada pada masa itu. Informasinya menyebar pesat via koran-koran dan siaran radio di seluruh tanah air. Akhirnya, berita kebebasan negara itu pun berhasil diterima oleh publik luas.
Kemerdekaan Indonesia sudah berlalu selama lebih dari 70 tahun, yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945. Sebelum itu, guna mempersiapkan kemerdekaan, didirikanlah BPUPKI dengan tujuan menyusun dasar negara atau Pancasila. Selanjutnya digagas pula PPKI untuk meneruskan misi BPUPKI tersebut. Tepat pada malam hari tanggal 16 Agustus 1945, teks proklamasi disusun bersama-sama oleh sejumlah pemimpin nasional dalam kediaman Laksamana Maeda.
Berikut hari berikutnya, disampaikan oleh Ir. Soekarno dan menjadi simbol kemerdekaan Indonesia. Sesudah itu, pengumuman tentang kemerdekaan tersebar pesat lewat radio serta media cetak. Selanjutnya pemerintah langsung meresmikan peraturan hukum utama dan mendirikan MPR guna memperbaiki sistem pemerintahan di Indonesia.
15. Asal-usul Hari Ibu
Perayaan Hari Ibu di Indonesia digelar setiap tanggal 22 Desember. Acara ini dirayakan bagi para ibu yang telah memainkan peranan penting dalam pendidikan putra-putrinya. Menghargai cinta dan kebaikan merupakan bagian dari nilai-nilai khas yang selalu dikaitkan dengan arti Hari Ibu.
Umumnya, peringatan hari tersebut diselenggarakan dengan cara membagikan hadiah atau kejutan bagi para ibu. Jika acara itu digelar di sekolah, seringkali terdapat Parade yang melibatkan penggunaan busana adat. Selain itu, beberapa tempat juga menyelenggarakan berbagai kompetisi baik untuk anak-anak maupun ibu mereka.
Di hari yang lazim diperingati sebagai momen untuk mengekspresikan cinta kepada ibu, sering kali anak-anak melakukan tindakan penuh kehangatan serta tidak seperti biasanya. Tetapi bagaimana asal-usul penunjukan 22 Desember menjadi Hari Ibu? Terdapat sebuah kisah yang dapat kita telusuri mengenai alasan dibelikkannya tanggal tersebut sebagai Hari Ibu.
Awal ceritanya erat hubungannya dengan kontribusi wanita-wanita dalam mendukung kemerdekaan negara. Berbekal pengertian sosial yang serupa dan penuh cinta, para istri dam puteri tersebut bergabung demi meningkatkan mutu masyarakat. Oleh karena itu, di masa pertamanya, Hari Ibu bertujuan untuk merayakan jiwa pejuang dari seluruh bunda-bunda kita.
Pada periode 22 hingga 25 Desember 1928, para ibu mendirikan Kongres Wanita Indonesia Pertama di Yogyakarta. Acara tersebut menunjukkan harapan bagi mereka yang berpartisipasi bahwa wanita punya dorongan dalam pertarungan. Salah satu dari pendiri kongres ini terlibat juga dalam Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Kejadian penting ini mendorong kaum wanita untuk bersatu dan ikut serta dalam upaya mencapai kemerdekaan.
Selanjutnya, dari tanggal 20 hingga 24 Juli 1935, diselenggarakan kembali sebuah kongres berlanjutan yaitu Kongres Wanita Indonesia kedua yang dilaksanakan secara spesifik di Jakarta. Di sela-sela acara tersebut terbentuklah Badan Kongres Wanita Indonesia. Selain itu, mereka juga merumuskan tugas wanita dalam pertarungan nasional. Salah satunya adalah memupuk kesadaran patriotik pada putra-putri mereka, mengajarinya tentang prinsip-prinsip kenegaraan serta menyebarkan jiwa bela negara kepada generasi penerus bangsa Indonesia.
Di bulan Juli tahun 1938, digelar kongres lanjutan lainnya, yakni Kongres Wanita Indonesia ketiga yang berlangsung di Bandung. Dalam pertemuan tersebut ditetapkan bahwa tanggal dua puluh dua Desember menjadi hari ibu, suatu keputusan yang merupakan kelanjutan dari hasil Kongres Wanita Indonesia kedua pada tahun 1935 di Jakarta. Tak hanya itu saja, kongres selanjutnya yang diselenggarakan di Semarang pada tahun 1941 juga memperbincangkan tentang posisi wanita serta kesejahteraannya. Selain itu, Kongres Wanita Indonesia ke empat di Semarang mencoba mengadvokasi hak pemilihan wanita untuk duduk di Dewan Kota.
Setelah itu, pemerintah mengeluarkan peraturan tentang Hari Ibu di tahun 1959. Hari Ibu disahkan oleh Presiden Sukarno menjadi hari nasional tetapi bukan hari libur resmi lewat Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959. Dokumen tersebut menjabatlan bahwa acara ini adalah suatu hari nasional tanpa status sebagai cuti bersama.
Melalui keputusan ini, tiap tahunnya komunitas memperingati Hari Ibu sebagai bagian dari hari nasional. Pada masa kini serta pada periode lalu, lembaga Congress of Indonesian Women sudah berganti nama menjadi Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Faktanya, ada beberapa modifikasi lain yang dialami oleh entitas tersebut di samping pergantian namanya. Hari Ibu, yang tadinya dirayakan untuk mengenali dedikasi wanita dalam pertarungan mereka, kini membawa konotasi baru.
Berikut adalah teladan sebuah kisah bersejarah pendek dalam bahasa Indonesia yang bisa menjadi narasi menghibur bagi buah hati Anda. Mudah-mudahan ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan kepada Sang Buah Hati, Ibu.
Pilihan Redaksi
|
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway , yuk join Komunitas Squad. Untuk mendaftar, silakan klik disini. SINI . Gratis!